Penelitian Studi Kasus



Penelitian Studi Kasus
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

Para

“Para peneliti yang menggunakan studi kasus dianggap melaksanakan ‘keanehan’ dalam disiplin akademisnya karena tingkat ketetapannya (secara kuantitatif), objektivitas, dan kekuatan penelitiannya dinilai tidak memadai” (Yin, 1989, hlm. 1). Walaupun demikian, studi kasus tetap digunakan secara luas dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, baik dalam bidang psikologi, sosiologi, ilmu politik, antropologi, sejarah, dan ekonomi maupun dalam bidang ilmu-ilmu praktis, menyerupai pendidikan, perencanaan wilayah perkotaan, manajemen umum, ilmu-ilmu manajemen, dan lain sebagainya. Bahkan sering juga diaplikasikan untuk penelitian evaluasi yang menurut sebagian pihak merupakan bidang metode yang sarat dengan kuantitatifnya.
Creswell (1998, hlm. 37-38) memulai pemaparan studi kasus dengan gambar wacana kedudukan studi kasus dalam lima tradisi penelitian kualitatif, sebagai berikut:
Berdasar pada gambar tersebut dapat diungkapkan bahwa fokus sebuah biografi ialah kehidupan seorang individu, fokus fenomenologi ialah memahami sebuah konsep atau fenomena, fokus suatu teori dasar ialah seseorang yang membuatkan sebuah teori, fokus etnografi ialah sebuah potret budaya dari suatu kelompok budaya atau suatu individu, dan fokus studi kasus ialah spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu yang mencakup individu, kelompok budaya, ataupun suatu potret kehidupan. Lebih lanjut Creswell mengemukakan sejumlah karakteristik dari suatu studi kasus yaitu: (1) mengidentifikasi kasus untuk suatu studi; (2) kasus tersebut merupakan sebuah sistem yang terikat oleh waktu dan tempat; (3) studi kasus menggunakan banyak sekali sumber informasi dalam pengumpulan data untuk menawarkan gambaran secara rinci dan mendalam wacana respons dari suatu peristiwa; dan (4) menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan menghabiskan waktu dalam menggambarkan konteks atau settinguntuk suatu kasus. Hal ini mengisyaratkan bahwa suatu kasus dapat dikaji menjadi sebuah objek studi maupun mempertimbangkannya menjadi sebuah metodologi.
Dari paparan tersebut, dapat diungkapkan bahwa studi kasus ialah sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terikat atau suatu kasus/beragam kasus yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan banyak sekali sumber informasi yang kaya dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan daerah sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas, atau suatu individu. Dengan kalimat lain, studi kasus merupakan penelitian di mana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, event, proses, institusi, atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara rinci dan mendalam dengan menggunakan banyak sekali prosedur pengumpulan data selama periode tertentu.
Apabila kita akan memilih studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa jadwal studi atau sebuah jadwal studi dengan menggunakan banyak sekali sumber informasi meliputi: observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi, dan laporan. Konteks kasus dapat mensituasikan kasus di dalam setting-nya yang terdiri dari setting fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan fokus di dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi (studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu info dengan menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan info tersebut (studi kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif. Untuk itu, struktur studi kasus terdiri atas masalah, konteks, isu, dan pelajaran yang dipelajari.
Pendekatan studi kasus lebih disukai untuk penelitian kualitatif. Hal tersebut menyerupai yang diungkap oleh Patton (1991, hlm. 23) bahwa “kedalaman dan detail suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi kasus”. Oleh karena itu, penelitian studi kasus membutuhkan waktu lama yang berbeda-beda. Namun pada ketika ini, penulis studi kasus dapat memilih pendekatan kualitatif atau kuantitatif dalam membuatkan studi kasusnya. Seperti yang dilakukan oleh Yin (1989) membuatkan studi kasus kualitatif deskriptif dengan bukti kuantitatif. Merriam (1988) mendukung suatu pendekatan studi kasus kualitatif dalam bidang pendidikan. Hamel (1993)  seorang sosiolog menunjukkan pendekatan studi kasus kualitatif untuk sejarah. Stakes (1995) menggunakan pendekatan ekstensif dan sistematis untuk penelitian studi kasus. Untuk itu, disarankan bagi peneliti yang akan membuatkan penelitian studi kasus hendaknya, pertama mempertimbangkan tipe kasus yang paling tepat. Kasus tersebut dapat merupakan suatu kasus tunggal atau kolektif, banyak daerah atau di dalam tempat, berfokus pada suatu kasus atau suatu isu. Kedua, dalam memilih kasus yang akan diteliti dapat dikaji dari banyak sekali aspek menyerupai beragam perspektif dalam permasalahan, proses, atau, peristiwa.
Lebih lanjut Cresswell (dalam Paton, 1991, hlm. 63) mengemukakan sejumlah tantangan dalam perkembangan studi kasus kualitatif, sebagai berikut:
1. Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi kasusnya dengan baik;
2. Peneliti hendaknya mempertimbangkan apakah akan mempelajari sebuah kasus tunggal atau multikasus;
3. Di dalam memilih suatu kasus dibutuhkan dasar pemikiran dari peneliti untuk melaksanakan taktik sampling yang baik sehingga dapat mengumpulkan informasi wacana kasus tersebut dengan baik;
4. Memiliki banyak informasi untuk menggambarkan secara mendalam suatu kasus tertentu. Di dalam merancang sebuah studi kasus, peneliti dapat membuatkan sebuah matriks pengumpulan data dengan banyak sekali informasi yang dikumpulkan mengenai suatu kasus;
5. Memutuskan batasan sebuah kasus. Batasan-batasan tersebut dapat dilihat dari aspek waktu, peristiwa, dan proses.
Pada studi kasus kualitatif, seseorang dapat menyusun pertanyaan maupun sub pertanyaan melalui info dalam tema yang dieksplorasi, juga sub pertanyaan tersebut dapat mencakup langkah-langkah dalam prosedur pengumpulan data, analisis, dan konstruksi format naratif. Sub pertanyaan yang dapat memandu peneliti dalam melaksanakan penelitian studi kasus, misalnya:
1. Apa yang terjadi?
2. Siapa yang terlibat dalam respons terhadap suatu peristiwa tersebut?
3. Tema respons apa yang muncul selama delapan (8) bulan mengikuti peristiwa tersebut?
4. Konstruksi teori apa yang dapat membantu kita memahami respons?
5. Konstruksi apa yang unik dalam kasus tersebut?
Sedangkan pertanyaan-pertanyaan prosedural, misalnya:
1. Bagaimana suatu kasus dan peristiwa tersebut digambarkan? (deskripsi kasus).
2. Tema apa yang muncul dari pengumpulan informasi wacana kasus? (analisis materi kasus).
3. Bagaimana peneliti menginterpretasikan tema-tema dalam teori sosial dan psikologi yang lebih luas? (pelajaran yang dipelajari dari kasus berdasarkan literatur).
Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil dari banyak sekali sumber informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang kaya untuk membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Yin (1989, hlm. 103) mengungkapkan bahwa terdapat enam bentuk pengumpulan data dalam studi kasus yaitu:
“(1) dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporan-laporan suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping, artikel; (2) rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survei, daftar nama, rekaman-rekaman pribadi menyerupai buku harian, kalender, dan sebagainya; (3) wawancara biasanya bertipe open-ended; (4) observasi langsung; (5) observasi partisipan; dan (6) perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat atau instrumen, pekerjaan seni, dan lain-lain”.
Lebih lanjut Yin (1989, hlm. 119) mengemukakan bahwa keuntungan dari keenam sumber bukti tersebut dapat dimaksimalkan kalau tiga prinsip berikut diikuti, yaitu: “(1) menggunakan bukti multisumber; (2) menciptakan data dasar studi kasus, menyerupai catatan-catatan studi kasus, dokumen studi kasus, bahan-bahan tabulasi, narasi; dan (3) memelihara rangkaian bukti.
Menganalisis data studi kasus ialah suatu hal yang sulit karena taktik dan tekniknya belum teridentifikasi secara baik. Tetapi setiap penelitian hendaknya dimulai dengan taktik analisis umum yang mengandung prioritas wacana apa yang akan dianalisis dan mengapa. Demikian pula dengan studi kasus, untuk studi kasus menyerupai halnya etonografi analisisnya terdiri atas deskripsi terinci wacana kasus beserta setting-nya. Apabila suatu kasus menampilkan kronologis suatu peristiwa maka menganalisisnya memerlukan banyak sumber data untuk menentukan bukti pada setiap fase dalam evolusi kasusnya. Terlebih lagi untuk setting kasus yang unik, kita hendaknya menganalisa informasi untuk menentukan bagaimana peristiwa tersebut terjadi sesuai dengan setting-nya.
Persiapan terbaik untuk melaksanakan analisis studi kasus ialah memiliki suatu taktik analisis. Tanpa taktik yang baik, analisis studi kasus akan berlangsung sulit karena peneliti bermain dengan data yang banyak dan alat pengumpul data yang banyak pula. Yin merekomendasikan enam tipe sumber informasi menyerupai yang telah dikemukakan. Tipe analisis data ini berupa analisis holistik, yaitu analisis keseluruhan kasus atau berupa analisis terjalin, yaitu suatu analisis untuk kasus yang spesifik, unik, atau ekstrim. Lebih lanjut Yin (1989, hlm. 140) membagi tiga teknik analisis untuk studi kasus, yaitu:
“(1) penjodohan pola, yaitu dengan menggunakan nalar pendodohan pola. Logika menyerupai ini membandingkan contoh yang didasarkan atas data empirik dengan contoh yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi alternatif). Jika kedua contoh ini ada persamaan, hasilnya dapat menguatkan validitas internal studi kasus yang bersangkutan; (2) pembuatan eksplanasi, yang bertujuan untuk menganalisis data studi kasus dengan cara membuat suatu eksplanasi wacana kasus yang bersangkutan; dan (3) analisis deret waktu, yang banyak digunakan untuk studi kasus yang menggunakan pendekatan eksperimen dan kuasi eksperimen”.
Pada studi kasus melibatkan pengumpulan data yang banyak karena peneliti mencoba untuk membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Untuk itu, dibutuhkan suatu analisis yang baik supaya dapat menyusun suatu deskripsi rinci dari kasus yang muncul. Misalnya, analisis tema atau isu, yakni analisis suatu konteks kasus atau setting di mana kasus tersebut dapat menggambarkan dirinya sendiri. Peneliti mencoba untuk menggambarkan studi ini melalui teknik menyerupai sebuah kronologi peristiwa-peristiwa utama yang kemudian diikuti oleh suatu perspektif rinci wacana beberapa peristiwa. Ketika banyak kasus yang akan dipilih, peneliti sebaiknya menggunakan analisis dalam kasus yang kemudian diikuti oleh sebuah analisis tematis di sepanjang kasus tersebut yang acapkali disebut analisis silang kasus untuk menginterpretasikan makna dalam kasus.
Tidak ada format standar untuk melaporkan penelitian studi kasus. Lebih lanjut Yin (1989, hlm. 169) menyatakan bahwa “tahap pelaporan merupakan salah satu tahap yang bersama-sama paling sulit dalam menyelenggarakan studi kasus”. Studi kasus membentuk struktur yang lebih besar dalam bentuk naratif tertulis. Hal ini disebabkan suatu studi kasus menggunakan teori dalam dideskripsikan kasus atau beberapa analisis untuk menampilkan perbandingan kasus silang atau antar tempat. Disarankan bahwa untuk menyusun laporan studi kasus seorang peneliti hendaknya menyusun rancangan beberapa episode laporan daripada menunggu hingga final proses analisis data. Pada menyusun laporan studi kasus, Yin (1989, hlm. 169) menyarankan enam bentuk alternatif yaitu: “komparatif, kronologis, pembangunan teori, ketegangan, dan tak berurutan”.
Peneliti dapat membuka dan menutup dengan suatu gambaran untuk menarik pembaca ke dalam suatu kasus. Gambaran umum bagi peresapan ide-ide dalam suatu studi kasus, sebagai berikut:
1. Peneliti hendaknya membuka dengan sebuah gambaran umum sehingga pembaca dapat membuatkan sebuah pengalaman yang mewakilinya untuk menerima suatu feeling dari waktu dan daerah yang diteliti.
2. Kemudian, peneliti mengidentifikasi isu-isu, tujuan, dan metode studi sehingga pembaca dapat mempelajari mengenai bagaimana studi tersebut, latar belakang, dan isu-isu seputar kasus.
3. Hal ini kemudian diikuti oleh deskripsi ekstensif wacana kasus dan konteksnya.
4. Agar pembaca dapat memahami kompleksitas dari suatu kasus, peneliti supaya menampilkan beberapa isu-isu kunci. Kekompleksan ini dibangun melalui acuan hasil penelitian maupun pemahaman pembaca terhadap suatu kasus.
5. Kemudian beberapa info diteliti lebih jauh. Pada poin ini peneliti hendaknya memilah dengan baik data yang terkumpul.
6. Peneliti menyusun suatu ringaksan wacana apakah peneliti memahami kasus tersebut, apakah melaksanakan generalisasi naturalistik awal, kesimpulan yang diambil apakah merupakan pengalaman pribadi atau pengalaman yang mewakili bagi pembacanya yang kemudian membentuk persepsi pembaca.
7. Pada kesannya peneliti mengakhiri paparannya dengan sebuah gambaran penutup, sebuah catatan pengalaman yang mengingatkan pembaca bahwa laporan ini ialah pengalaman seseorang yang mengalami suatu kasus kompleks.

Referensi
Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Tradition. London: SAGE Publications.
Paton, M. Q. (1991). How to Use Qualitative Methods in Evaluation. London: SAGE Publications.
Yin, R. K. (1989). Case Study Research Design and Methods. Washington: COSMOS Corporation.

Sumber http://datakerjapns.blogspot.com

0 Response to "Penelitian Studi Kasus"

Post a Comment

Tulislah Komentar Yang Sesuai Dengan Isi Artikel

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel