Metode Peer Teaching (Tutor Sebaya)



Metode Peer Teaching (Tutor Sebaya)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

dikenal

Metode pembelajaran peer teaching dikenal juga dengan istilah tutor sebaya. Peer teaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang berbasis active learning. Sejumlah andal percaya bahwa satu pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila penerima didik bisa mengajarkan pada penerima didik lainnya. Pembelajaran peer teaching merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar sahabat sebaya. “Mengajar sahabat sebaya memperlihatkan kesempatan dan mendorong pada penerima didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi narasumber bagi yang lain” (Sibermen, 2001, hlm. 157). Selanjutnya menurut Harsanto (2007, hlm. 43) apabila “dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan mencar ilmu secara berkelompok dengan tutor sebaya mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih tinggi”.
Hidayati (2004, hlm. 7) menyatakan bahwa “pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru”. Hal ini disebabkan latar belakang, pengalaman para siswa seolah-olah satu dengan lainnya dibanding dengan skemata guru. Menurut Arikunto (1992, hlm. 62) “adakalanya seorang siswa lebih mudah mendapatkan keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan yang lain karena tidak adanya rasa enggan atau aib untuk bertanya”.
Semiawan (2000, hlm. 69-70) mengemukakan dua macam bentuk peer teaching, yakni untuk acara di sekolah dan di luar sekolah. Jika pinjaman diberikan kepada sahabat sekelasnya di sekolah, maka:
1. Sejumlah siswa yang padai disuruh mempelajari suatu topik;
2. Guru memberi penjelasan umum perihal topik yang akan dibahas;
3. Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang padai disebar ke setiap kelompok untuk memperlihatkan bantuan;
4. Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus;
5. Jika ada dilema yang tidak terpecahkan, siswa yang bakir meminta pinjaman kepada guru; dan
6. Guru mengadakan evaluasi.
Jika pinjaman diberikan kepada sahabat sekelasnya di luar kelas, maka:
1. Guru menunjuk siswa yang bakir untuk memimpin kelompok mencar ilmu di luar kelas;
2. Setiap siswa disuruh bergabung dengan siswa yang bakir tersebut, sesuai dengan minat, jenis kelamin, jarak daerah tinggal, dan pemerataan jumlah anggota;
3. Guru memberi peran yang harus dikerjakan siswa di rumah;
4. Pada waktu yang telah ditentukan hasil kerja kelompok dibahas di kelas;
5. Kelompok yang baik diberi penghargaan;
6. Sewaktu-waktu guru berkunjung ke masing-masing kelompok untuk berdiskusi; dan
7. Tempat diskusi dapat berpindah-pindah atau bergiliran.
Peer teaching atau tutor sebaya harus dipilih dari siswa atau sekelompok siswa yang lebih bakir dibandingkan sahabat lainnya, sehingga dalam proses pembelajaran seorang tutor dapat memperlihatkan pengayaan atau membimbing teman-temannya dan sudah menguasai materi yang akan disampaikan kepada sahabat lainnya.
Guru dapat menunjuk dan menugaskan siswa yang bakir untuk memperlihatkan penjelasan juga mengembangkan pengetahuan kepada temannya. Karena hanya guru yang mengetahui jenis kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya membantu melaksanakan perbaikan bukan mendiagnosis. Demikian juga siswa yang merasa kurang dalam pelajaran dianjurkan untuk bertanya kepada sahabat sebayanya yang lebih pandai. Peer teaching melibatkan siswa mencar ilmu satu sama lain dengan cara mengembangkan pengetahuan, ide, dan pengalaman antar penerima didik. Hal ini menanamkan bahwa mencar ilmu tidak harus dengan guru di sekolah yang menimbulkan siswa menjadi tergantung kepada guru.
Di dalam pemilihan tutor perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Tutor dapat diterima oleh siswa yang mendapat acara perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya;
2. Tutor dapat menunjukan materi perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang mendapatkan acara perbaikan;
3. Tutor tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan; dan
4. Tutor mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memperlihatkan bimbingan, yaitu dapat menunjukan pelajaran kepada temannya.
Siswa yang ditunjuk sebagai tutor akan ditugaskan membantu siswa yang akan mendapat acara perbaikan, sehingga setiap tutor harus diberikan petunjuk yang sejelas-jelasnya perihal apa yang harus dilakukan. Petunjuk ini memang mutlak diharapkan bagi setiap tutor karena hanya gurulah yang mengetahui kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya membantu melaksanakan perbaikan, bukan mendiagnosa. Para tutor dilatih untuk mengajar berdasarkan materi yang telah ditentukan oleh guru. Hubungan tutor dengan siswa ialah kekerabatan antara kakak-adik atau antar kawan, kekakuan yang ada pada guru semoga dihilangkan.
Tahap-tahap kegiatan pembelajaran menggunakan metode peer teaching, sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Guru merancang setiap pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap bagian satu pertemuan yang di dalamnya mencakup judul penggalan, tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan.
b. Menentukan sejumlah orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Jumlah tutor sebaya yang ditunjuk diadaptasi dengan jumlah kelompok yang dibentuk.
c. Mengadakan latihan bagi para tutor. Di dalam pelaksanaan tutor atau bimbingan, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam pendidikan dasar dalam mengajar. Latihan diadakan dengan dua (2) cara, yaitu melalui latihan kelompok kecil di mana dalam hal ini yang mendapat latihan hanya siswa yang akan menjadi tutor, dan melalui latihan klasikal, di mana siswa seluruh kelas dilatih bagaimana proses pembimbingan berlangsung.
d. Pengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas empat (4) hingga lima (5) orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat kecerdasan siswa.
2. Tahap pelaksanaan
a. Setiap pertemuan pada pembelajaran peer teaching, guru memperlihatkan penjelasan terlebih dahulu perihal materi yang akan diajarkan.
b. Siswa mencar ilmu dalam kelompoknya sendiri. Siswa yang telah ditunjuk menjadi tutor menanyai anggota kelompoknya secara bergantian perihal hal-hal yang belum dimengerti, demikian halnya dengan penyelesaian tugas. Apabila ada dilema yang tidak dapat diselesaikan oleh tutor barulah meminta pinjaman kepada guru.
c. Guru mengawasi proses pembelajaran peer teaching, guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memperlihatkan pinjaman bila ada dilema yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya.
3. Tahap evaluasi
a. Sebelum kegiatan pembelajaran dengan metode peer teaching diakhiri, guru memperlihatkan soal-soal latihan kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui sejauh mana tutor menjelaskan materi.
b. Guru juga perlu mengingatkan siswa untuk mempelajari sub bahasan sebelumnya.
Peran guru dalam pembelajaran peer teaching ini hanya sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melaksanakan intervensi saat benar-benar diharapkan oleh siswa. Guru mengawasi kelancaran pelaksanaan pembelajaran peer teaching dengan memperlihatkan pengarahan dan pinjaman bila siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
Metode pembelajaran peer teaching memiliki kelebihan menurut Arikunto (1992, hlm. 64-65), adapun kelebihan tersebut, di antaranya:
1. Adakala karenanya lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada gurunya;
2. Bagi tutor, pembelajaran ini akan memiliki akhir memperkuat konsep yang akan dibahas;
3. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu peran dan melatih kesabaran; dan
4. Mempererat kekerabatan antar sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
Adapun kelemahan dari penggunaan metode peer teaching, yakni:
1. Perlunya persiapan yang matang;
2. Kesiapan tutor menjadi penentu keberhasilan dari penggunaan metode ini; dan
3. Guru harus kreatif dalam menyajikan materi secara sederhana serta dapat dikuasai oleh tutor semoga dapat disampaikan kembali kepada teman-teman lainnya.

Referensi
Arikunto, S. (1992). Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.
Harsanto, R. (2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kasinius.
Hidayati, A. L. (2004). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Semiawan, C. (2000). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia.
Sibermen, M. L. (2001). 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning). Jakarta: Yakpendis.

Sumber http://datakerjapns.blogspot.com

0 Response to "Metode Peer Teaching (Tutor Sebaya)"

Post a Comment

Tulislah Komentar Yang Sesuai Dengan Isi Artikel

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel